Senin, 19 Desember 2011

Asma Bronkhial


Asma merupakan penyakit inflamasi (radang) kronik saluran napas yang menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan napas terhadap berbagai rangsangan. Akibatnya, timbul gejala episodik berulang seperti napas berbunyi, sesak napas, dada terasa berat, dan batuk- batuk terutama malam menjelang dini hari (Medicafarma, 2008)
Penyakit asma bronkial di masyarakat sering disebut sebagai bengek, asma, mengi, ampek, sasak angok, dan berbagai istilah lokal lainnya. Asma merupakan suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas. (Medicafarma,2008)
Penyebab utama asma yang paling sering adalah atopi atau alergi. Adapun penyebab lain dari penyakit keturunan ini antara lain debu rumah dengan tungaunya, bulu binatang, asap rokok, hingga asap obat nyamuk. Walaupun muncul secara periodik, jangan meremehkan penyakit ini.
Menurut Badan Kesehatan Dunia, WHO, penderita asma pada 2025 diperkirakan mencapai 400 juta. Prevalensi asma di dunia sangat bervariasi dan penelitian epidemiologi menunjukkan peningkatan kejadian asma, terutama di negara-negara maju.
Adapun di Indonesia, penyakit asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian. Selain mengganggu aktivitas, asma tidak dapat disembuhkan. Bahkan, dapat menimbulkan kematian. Data WHO memperkirakan, pada 2025 di seluruh dunia terdapat 255.000 jiwa meninggal karena asma.
Jumlah ini dapat meningkat lebih besar mengingat asma merupakan penyakit yang underdiagnosed. Sebagian besar atau 80 persen kematian justru terjadi di negara-negara berkembang. Tingginya angka kematian akibat asma banyak karena kontrol asma yang buruk. Hal ini juga karena sikap pasien dan dokter yang seringkali meremehkan tingkat keparahannya (Patu, 2007).
Asma dapat menyerang anak-anak maupun dewasa. Pada umumnya penderita asma mempunyai keluarga yang juga menderita asma (faktor genetik). Terapi asma ditujukan untuk mengatasi atau meminimalkan gejala dan mencegah serangan ulang, sehingga penderita dapat melakukan aktifitas sehari-hari. (Majalah Kedokteran Andalas, Vol. 26)
Tanda dan gejala yang ditimbulkan dari penyakit asma berdampak pada pasien dan kehidupannya. Sebagian pasien asma menganggap asma merupakan penyakit yang tidak mudah disembuhkan dan kadang mengganggu aktifitas keseharian bahkan dapat menurunkan produktivitas seseorang.
Tanda dan gejala tersebut mengganggu sistem pernapasan normal pada penderita asma bronkial. Fisioterapi dengan kajian ilmu yang berkaitan dengan paru dapat berperan dalam membantu melapangkan jalan napas, mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya, mencegah obstruksi jalan napas yang irreversibel, dan membersihkan jalan napas.
Berdasarkan sudut pandang fisioterapi, pada pasien asma bronkial dapat timbul berbagai gangguan yang berhubungan dengan pernapasan yaitu “impairment” berupa spasme otot polos bronkus, sekresi mukus pada kelenjar bronkus yang berlebih, “functional limitation” berupa gangguan melakukan ADL karena sesak napas terutama saat inspirasi dan ekspirasi ketika terjadi serangan, dan “disability” berupa penurunan produktivitas kerja.
Beberapa modalitas diantaranya yang dapat digunakan dalam kondisi asma bronkhial antara lain :
1. ACBT+Autogenic drainage Vs PD (unduh)
2. Forced Expiratory Technique (unduh)
3. ACBT-tehnik (unduh)

perbandingan ketiga tehnik tersebut tidaklah jauh berbeda dalam hal meringankan gejala seperti retensi mukus, pengembangan pola napas, dst.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar