Senin, 19 Desember 2011

Osteoarthritis (OA)

1. Pengertian
Osteoartritis merupakan suatu patologi yang mengenai kartilago hialin dari sendi lutut, dimana terjadi pembentukan osteofit pada tulang rawan sendi dan jaringan subchondral yang menyebabkan penurunan elastisitas dari sendi.

Saat mengalami degenerasi kartilago hialin mengalami kerapuhan, dimana perubahan-perubahan yang terjadi pada permukaan sendi (kartilago hialin) berkenaan dengan perubahan biokimia dibawah permukaan kartilago yang akan meningkatkan sintesa timidin dan glisin. Akibat dari ketidak seimbangan antara regenerasi dengan degenerasi tersebut maka akan terjadi pelunakan, perpecahan dan pengelupasan lapisan rawan sendi yang akan terlepas sebagai corpus libera yang dapat menimbulkan penguncian ketika sendi bergerak.

Reparasi berupa sclerosis terjadi pada tulang subchondral. Tulang dibawah kartilago menjadi keras dan tebal serta terjadi perubahan bentuk dan kesesuian dari permukaan sendi. Jika kerusakan berlangsung terus berlanjut maka, bentuk sendi tidak beraturan dengan adanya penyempitan celah sendi, osteofit, ketidakstabilan dan deformitas.

Dengan terbentuknya osteofit maka akan mengeritasi membran sinovial dimana terdapat banyak reseptor-reseptor nyeri dan kemudian akan menimbulkan hidrops. Dengan terjepitnya ujung-ujung saraf polimodal yang terdapat disekitar sendi karena terbentuknya osteofit serta adanya pembengkakan dan penebalan jaringan lunak disekitar sendi maka akan menimbulkan nyeri tekan dan nyeri gerak.

Pada kapsul-ligamen sendi akan terjadi iritasi dan pemendekan, hal ini disebabkan karena imobilisasi dan kelenturan colagen yang berkurang, pelunakan lapisan rawan yang diikuti oleh pecahnya permukaan sendi, terjadinya pengerasan pada tulang dibawah lapisan rawan sehingga kelenturan berkurang. Kemudian terjadi kontraktur jaringan ikat maupun kapsul sendi sehingga pergerakan semangkin lama semangkin sempit.

Akibat dari pembatasan pola gerak tersebut, maka akan menimbulkan nyeri regang. Nyeri yang ditimbulkan akan menyebabkan spasme otot. Jika hal ini dibiarkan terus menerus elastisitas jaringan akan menurun sehingga dapat menyebabkan kontraktur sehingga lingkup gerak sendi akan lebih terbatas.
Penggunaan modalitas ultrasound pada osteoartritis lutut adalah tepat karena efek yang dihasilkan. Gelombang ultrasound yang masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan efek micromassage yang akan membantu mengurangi zat iritan dan panas ringan yang dihasilkan akan menimbulkan efek sedatif. Selain itu efek micro wave diathermy dapat mengurangi nyeri dan meningkatkan vasodilatasi metabolisme pada jaringan lunak sehingga  mempercepat terjadinya penyembuhan  jaringan  dan nyeri berkurang.

Pemberian Translasi Oscilasi dilakukan untuk mengurangi nyeri sendi lutut dengan efek regangan baik pada otot dan kapsul ligamen, bertujuan untuk melepaskan perlekatan akibat fibrosis yang menghasilkan abnormal cross links yaitu dengan pembuatan cidera baru pada jaringan dan terjadi proses inflamasi yang diharapkan dapat meleburkan ikatan-ikatan silang kolagen.
Translasi Oscilasi pada pembatasan akhir ROM menyebabkan terjadinya regangan kapsul ligamen sisi yang berlawanan sehingga diharapkan dapat menambah ekstensibilitas, melepaskan abnormal cross links sehingga dapat mengurangi nyeri dan menambah ROM.
2. Grade OA

Kriteria Altman

1.     NYERI SENDI LUTUT BEBERAPA HARI – BULAN
2.     USIA > 40 TH
3.     KAKU SENDI LUTUT PAGI HARI </= 30 MENIT
4.     KREPITASI PADA GERAK SENDI AKTIF
5.     CAIRAN SENDI , MINIMAL TERDAPAT 2 DARI 3 TANDA ( JERNIH VISKOUS , SEL DARAH PUTIH </= 2000 SEL/MM )
6.     RADIOLOGIS : OSTEOFIT PADA TEPI SENDI

DIAGNOSIS OA 1,2,3,4 ATAU 1,6 ATAU 1,3,4,5  KRITERIA INI MEMPUNYAI SENSITIVITAS 91% , SPESIFISITAS 86%

GRADASI OA MENURUT KELLGREN
1. DERAJAT O   : NORMAL
2. DERAJAT 1    : OA MERAGUKAN ( SENDI NORMAL , OSTEOFIT SATU DAN MINIMAL )
3. DERAJAT 2    : OA MINIMAL (OSTEOFIT ADA DI DUA TEMPAT , SKLEROSIS SUB-KHONDRAL , KISTA+ CELAH SENDI BAIK DAN TIDAK NAMPAK DEFORMITAS )
4. DERAJAT 3    : OA MODERAT ( OSTEOFIT MODERAT , DEFORMITAS UJUNG TULANG , CELAH SENDI SEMPIT )
5. DERAJAT 4    : OA BERAT ( OSTEOFIT BESAR , DEFORMITAS UJUNG TULANG CELAH SENDI HILANG , KISTA + , SKLEROSIS +)


Mengenal Osteoartritis
Penyakit reumatik seperti osteoartritis, seringkali diabaikan oleh pasien karena penyakit ini tidak mengancam jiwa penderita. Padahal, walaupun tidak sampai membahayakan jiwa, bila tidak ditangani dengan baik dan tepat, penyakit ini dapat menimbulkan kecacatan atau pembengkakan sendi.

Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang ditandai dengan penipisan rawan sendi yang berfungsi sebagai shock absorber atau bantalan peredam kejut diantara dua tulang. Penipisan rawan sendi tersebut akan mengakibatkan terjadinya keradangan pada selaput sendi. Menurut Dr. Harry Isbagio, Sp.PD-KR, Kepala Bagian Reumatologi FKUI/RSUPNCM dalam Program Edukasi Ikatan Reumatologi Indonesia dengan topik "Osteoartritis, Something Can be Done", pada dasarnya semua sendi yang memiliki pembungkus dapat terkena osteoartritis.

Usia di atas 50 tahun merupakan faktor predisposisi terjadinya osteoartritis, namun ada faktor lain yang menjadi penyebab timbulnya penyakit ini. Antara lain obesitas dan jenis kelamin. Pada orang yang menderita obesitas atau kegemukan, osteoartritis terutama terjadi pada lutut dan pergelangan sendi. Hal itu disebabkan sendi tersebut harus menopang berat badan yang berlebihan. Sedangkan yang berhubungan dengan jenis kelamin, diketahui bahwa osteoartritis lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria. Faktor hormonal dan kerja berat dalam pekerjaan rumah tangga diduga juga ikut berperan dalam proses terjadinya osteoartritis pada wanita. Pada wanita usia pertengahan, umumnya osteoartritis yang terjadi pada tangan dan lutut muncul secara bersamaan. Sedangkan pada pria usia pertengahan, osteoartritis terutama mengenai lutut. Selain dua faktor tersebut, aktivitas fisik, faktor genetik/ras, faktor sistemik, dan faktor mekanik, seperti trauma, dan bentuk sendi yang sejak awal tidak bagus juga menjadi faktor pemicu terjadinya penyakit ini.

Gejala dan tanda-tanda timbulnya osteoartritis sangat bervariasi, mulai dari keluhan ringan hingga berat dan terjadi secara perlahan dalam jangka waktu yang cukup lama. Gejala-gejala yang dialami tersebut, tidak berjalan seiring dengan derajat kerusakan yang terjadi pada rawan sendi atau gambaran radiologiknya. Secara umum, keluhan osteoartritis adalah nyeri, kekakuan sendi, pembengkakan sendi atau pembengkakan sendi, keterbatasan gerak, dan krepitasi. Sumber keluhan nyeri berasal dari sendi, otot, dan saraf sekitar sendi. Sedangkan pembengkakan sendi terjadi karena adanya proliferasi sinovia, produksi cairan sendi yang meningkat, atau karena terbentuknya osteofit. Salah satu bentuk pembengkakan sendi adalah Heberden's node dan Bouchard's node pada sendi jari tangan. Sementara krepitasi atau bunyi ‘krek’ yang teraba dan kadang-kadang terdengar bila sendi digerakkan berulang kali, terjadi karena permukaan sendi yang tidak mulus lagi.

Berdasarkan lokasi, osteoartritis lutut merupakan jenis yang paling sering ditemukan. Disinilah, kata Harry, pentingnya peranan edukasi pada pasien agar rasa nyeri dan pembengkakan sendi dapat dicegah. Aktivitas yang sering menyebabkan osteoartritis lutut adalah aktivitas yang banyak jongkok, berlutut, naik tangga, dan sering mengangkat beban berat. Mengenai faktor predisposisi osteoartritis lutut, selain faktor predisposisi umum, seperti usia, jenis kelamin, faktor genetik faktor biomekanik, densitas tulang,dan faktor hormonal, osteoartritis lutut juga dapat disebabkan oleh faktor predisposisi lainnya. Usia kurang dari 40 tahun misalnya, menyebabkan risiko kejadian osteoartritis lutut hanya 5,5 persen. Pada usia ini, risiko terserang penyakit ini bagi laki-laki hampir sama dengan wanita. Sedangkan usia di atas 50 tahun, risikonya meningkat menjadi 58 persen, dengan jumlah kasus pada wanita lebih banyak daripada pria. Harry juga mengungkapkan bahwa trauma lutut yang sering berulang juga merupakan faktor risiko terjadi osteoartritis lutut. Contohnya pada pada olahragawan yang sering mengalami cedera lutut. Selain itu, merokok ternyata merupakan faktor risiko negatif terjadinya osteoartritis lutut. Hal itu mungkin ada hubungannya dengan berat badan karena perokok umumnya mempunyai berat badan rendah sehingga densitas tulangnya juga menurun dan risiko osteoartritis lutut pun menjadi menurun.

Sedangkan pada osteoartritis panggul, efek merokok masih kontroversial. Sebagian pakar berpendapat bahwa merokok merupakan faktor protektif, akan tetapi sebagian lainnya mengatakan bahwa merokok dapat memperberat terjadinya osteartritis panggul. Olahraga yang berlebihan dan banyak melompat, memanggul beban dengan berat lebih dari 50 kg selama 10 tahun, naik tangga, dan kerja di lapangan, akan meningkatkan terjadinya osteoatrtitis jenis ini. Sementara itu, faktor hormonal bersifat protektif. Oleh karena itu, pada penderita osteoartritis yang sudah menopause, terapi hormonal dapat saja diberikan karena hal itu tidak saja mencegah terjadinya osteoporosis tetapi juga osteoartritis.

 Mengenai penatalaksanaan osteoatritis, Dr. Sitti Nuhonni M. Jatim, Sp.RM, menyatakan upaya memproteksi sendi dari faktor-faktor risiko sebaiknya dilakukan sejak awal. Seperti, dengan mengurangi berat badan agar tidak mengalami obesitas, menghindari pemakaian sendi yang berlebihan, dan melakukan latihan fisik yang teratur.
Upaya rehabilitatif yang diketahui sebagai upaya pemulihan pada pasien ditujukan agar pasien mampu mandiri berdasarkan sisa kemampuan yang masih terdapat pada dirinya dengan tujuan yang rasional. Dari sisa kemampuan yang ada itu akan dilihat kembali apakah masih dapat digunakan lagi atau tidak. Kalau masih bisa, maka dapat diupayakan untuk mencapai kemandirian dengan fungsi aktivitas yang lebih baik. Sedangkan mengenai tujuan rasional adalah suatu perpaduan antara apa yang diinginkan oleh pasien dengan apa hasil analisis dokter. Oleh sebab itu, tujuan yang rasional ini juga termasuk di dalamnya kemampuan dokter untuk dapat memberikan penjelasan yang baik sehingga pasien dapat memikirkan hal yang terbaik bagi dirinya.

Dalam hal upaya rehabilitasi medik, latihan sangat berperan dalam menanggulangi penyakit ini, terutama yang berkaitan dengan nyeri. Kegunaan latihan adalah untuk mengurangi rasa nyeri yang timbul, lingkup gerak sendi, juga untuk meningkatkan kekuatan otot, memperkuat tulang dan jaringan penunjang, mencegah kerusakan bentuk sendi, mempertahankan asupan makanan ke sendi, meningkatkan kesegaran tubuh, serta untuk mempertahankan atau bahkan untuk da-pat meningkatkan kemampuan melakukan aktivitas hidup keseharian. Latihan yang dilakukan oleh pasien osteoartritis dapat dilaksanakan di air maupun di darat. Berenang dapat membantu mempermudah gerakan sendi pasien, akibat adanya bantuan efek yang mengapung di air dan menimbulkan rasa hangat sehingga dapat mengurangi rasa nyeri. Tapi sebaiknya, hindarilah berenang dengan menggunakan gaya dada. Nuhonni juga mengingatkan bahwa olahraga bulu tangkis termasuk olahraga yang tidak dianjurkan.

Penatalaksanaan terapi pasien osteoartritis biasanya dilakukan secara menyeluruh, baik secara fisik, psikologis, rehabilitatif, serta dengan melakukan upaya pendekatan secara paripurna kepada pasien bersangkutan. Namun secara keseluruhan prinsip yang dikenal oleh para ahli rehabilitasi medik dalam upaya pencegahan ini adalah dengan mengedepankan prinsip prevention training. Yaitu dengan melatih postur tubuh yang benar sejak dini. Dalam hal ini penilaian suatu fungsi tubuh sangatlah penting, dengan tetap menjaga dan memelihara keseimbangannya masing-masing. Selain itu, sebaiknya dilakukan upaya proteksi sendi agar sendi tidak mengalami pembebanan yang berlebihan yang tentunya mengakibatkan rasa nyeri yang lebih hebat atau bahkan kehilangan fungsinya. Oleh sebab itu, pasien osteoartritis diharapkan dapat mengenali segala macam aktivitas, stres, atau posisi tubuh yang menyebabkan peningkatan rasa nyeri.

Sebenarnya, tidak semua osteoartritis memerlukan terapi, namun upaya pencegahan terhadap gangguan fungsi gerak tetap harus dilaksanakan. Yaitu, dengan menghindari pemakaian sendi yang berlebihan, terutama pada sendi penopang tubuh seperti lutut, panggul, jari, leher, dan vertebra. Jika terjadi serangan osteoartritis, istirahatkanlah sendi yang terkena, dan bila perlu dapat digunakan bebat elastik, tongkat, bidai, cervical collar, ataupun lumbo sacral corset pada sendi yang terkena. Mengenai program fisioterapi sendiri, Nuhonni menjelaskan bahwa dalam hal ini dapat dilakukan thermo terapy. Yaitu, berupa terapi panas dengan modalitas diathermi, ultrasound, dan paraffin bath, yang berguna untuk mengurangi nyeri dan terjadinya spasme otot, sehingga dapat melancarkan peredaran darah di sekitar sendi. Sedangkan pada keadaan akut, dapat dilakukan kompres dingin pada sendi guna mengurangi nyeri dan menghindarkan edema. Selain itu, latihan pemeliharaan rentang gerak sendi dengan mengutamakan peregangan otot juga sangat penting dan latihan peningkatan kekuatan otot secara isometrik juga menjadi pilihan. Apabila dipilih cara isotonik, maka harus dicegah pembebanan sendi secara langsung.

Selain melakukan penguatan otot, Nuhonni juga menganjurkan untuk tetap melatih ketahanan otot. Sedangkan untuk mengurangi spasme otot, diperlukan traksi leher ataupun lumbal. Pada daerah leher, traksi dengan beban tertentu akan dapat memperlebar foramen intervertebrale sehingga dapat mengurangi penjepitan syaraf. Pada orang tua, pemberian traksi hanya dilakukan dengan pengawasan dan indikasi yang tepat. Sebaiknya, program terapi dan latihan yang diberikan harus dengan takaran yang paling aman, dengan memperhatikan usia dan keadaan umum pasien.

Dalam hal pengaturan diet, sebenarnya tidak terdapat kaitan langsung antara jenis makanan tertentu dengan kejadian osteoartritis. Pada umumnya, kelebihan asupan makanan akan mengakibatkan kegemukan atau kelebihan berat badan, yang merupakan salah satu faktor risiko pembebanan pada sendi, terutama sendi yang menopang berat badan. Upaya penanganan pasien osteoartritis dengan terapi obat-obatan juga tidak bisa dikesampingkan, meskipun obat-obatan ini tidak menyembuhkan dan membebaskan dari efek yang diinginkan. Penggunaan obat-obatan analgetik dan AINS (Anti-inflamsi Non steroid) sebagai terapi simptomatik untuk meredakan nyeri dan inflamasi ini sudah dilakukan selama berpuluh-puluh tahun.

Selanjutnya, upaya pembedahan biasanya dilakukan pada suatu keadaan tertentu di mana osteoartritis telah mengakibatkan gangguan yang besar. Oleh karena itu, tindakan koreksi bedah kadangkala sangat diperlukan. Pembedahan yang paling sering dilakukan adalah tindakan pada penggantian sendi di panggul, lutut, serta bahu. Namun pada prinsipnya, penyakit ini dapat dicegah dan ditunda dengan memperhatikan pola hidup sehat dan tetap aktif, sesuai dengan porsi dan takaran yang benar yang masih dapat dilakukan. Latihan fisik dapat ditambahkan sebagai pelengkap, tetap dikerjakan dengan program yang baik, bersifat individual, sehingga memiliki efek maksimal dengan risiko yang minimal. (Sumber: Tabloid PT Dumex Alpharma Indonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar